1. Latar Belakang Pendirian
Ada dua bencana yang mengancam kesejahteraan manusia di dunia sampai akhirat, yakni al-Maskanah yang meliputi: miskin, bodoh, dan terbelakang (MBT), dan al-Dzillah yang meliputi, fasiq, syirik, dan kufur (FSK). Orang miskin, karena tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya, maka ibu-bapak dan anak-anaknya menjadi miskin dan bodoh, dan selanjutnya menjadikan kakek-nenek, anak-mantu, cucu-cicit, semuanya miskin, bodoh dan terbelakang (MBT), pusaran MBT ini semakin lama semakin membesar. Lebih parah lagi jika mereka tidak mandapat bimbingan agama, maka kehinaan berupa kefasikan, kemusyrikan, dan kekafiran, akan menyempurnakan bencana akhirat mereka.
Allah menawarkan dua solusi antisipatif; 1) hablun min al-nas, tali dari manusia untuk antisipasi MBT, dengan cara “Kaya peduli Miskin, Pintar peduli Bodoh, dan Maju peduli Terbelakang”, sehingga anak miskin dapat sekolah dengan bantuan saudaranya yang kaya, untuk pintar dan maju, kemudian 2) hablun min Allah, dengan iman, tawhid, dan taqwa, kesemuanya diwujudkan dalam bentuk “Pendidikan Terpadu Peduli Kaum Dhu’afa”, maka dalam rangka itulah Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal, berkiprah mengemban amanat Allah, memperjuangkan masa depan umat.
Anak-anak miskin potensial ditampung di asrama (pondokan), guru dan ustadz yang ahli di bidangnya dihimpun di perumahan, kaum aghniya dihimbau berderma untuk membangun sarana, para dermawan diminta menjadi orang tua asuh dengan santunannya, pengurus Yayasan diharapkan keikhlasannya menjadikan lahan amal bekal akhirat.
2.Landasan Pendirian
Maju dan mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh maju dan mundurnya dunia pendidikan pada bangsa itu, demikian pula pengembangan ajaran suatu agama atau keyakinan ditentukan oleh pengembangan pendidikan dalam agama itu, bahkan pendidikanlah yang merubah peradaban manusia primitif menjadi manusia modern.
Namun pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan kecerdasan intelegensi (intellectual quotien) semata, hanya akan melahirkan bangsa yang pintar untuk pemenuhan nafsu belaka, maka perlu digabungkan dengan kecerdasan emosi (emotional quotien), agar nafsu binatang dan nafsu syaithon pada manusia dapat ditahan dan dikendalikan. Kedua kecerdasan di atas hanya akan berdampak posiitif selama manusia di dunia yang bersifat materi dan psikologis, padahal manusia adalah himpunan dari jasad dan ruh, dimana akan menjalani keabadian ketika kembali ke pangkuan Tuhan. Maka pendidikan harus disempurnakan dengan kecerdasan ruhani (spiritual quotien). Atas dasar itulah Darul ‘Amal menyelenggarakan pendidikan terpadu dengan memadukan kurikulum Diknas (SMP/SMA) dengan kurikulum pesantren
Pada tataran operasional praktisnya, kecerdasan intelegensi berpusat di Sekolah, Perpustakaan dan Laboratorium. Kecerdasan emosi dengan pendidikan akhlak berpusat di Pesantren. Dan kecerdasan spiritual dengan aqidah dan ibadah berpusat di Masjid. Dan alhamdulilah, sampai saat ini Darul ‘Amal sudah memiliki wadah-wadah tersebut, bahkan untuk Masjid, Asrama dan gedung Sekolah lengkap dengan laboratorium IPA dan Bahasanya dapat dikatakan mewah untuk ukuran Jampangkulon bahkan Sukabumi Selatan.
Daarul 'Amal semoga tetap jaya dan berkah karena banyak melahirkan pribadi yang sholeh dan sholehah serta ikhlas.
BalasHapus